Dari lubuk hatiku yang paling dalam..
Akhirnya ku mengakui..
Bahwasannya..
Air mata sebenarnya menetes dari kedua mataku ini..
Ketika melihat keadaan diriku yang sekarang ini..
Sunggih miris..
Sungguh tragis..
Sepintas, ketika dilihat, diriku memang sama seperti orang normal pada umumnya..
Hidup normal, bernafas sepuasnya..
Memiliki akses ke segala pemenuhan kebutuhan yang mudah..
Melakukan segala aktifitas tanpa ada banyak hal yang menghalangi..
Sampai kadangkala tersibuk akan satu hal sehingga melalaikan yang lainnya..
Memang nikmat..
Sungguh merupakan kenikmatan..
Menjalani hidup tanpa beban yang berarti..
Tapi sebenarnya diriku ini adalah fragmen dari orang-orang yang tidak peduli..
Fragmen dari kaum yang terlupa..
Dengan segala kenikmatan dunia yang melenakan..
Yang menyita waktu dan kesempatan berharga ku..
Sampai ku terlupa bahwa aku tidak pernah berpikir bahwasannya..
Jauh dari negeri ini ..
Banyak saudara seimanku yang tidak bisa menikmati hidup layaknya diriku..
Bahkan untuk nafasnya pun seakan dibatasi..
Diliputi suasana sekitar yang sangat jauh dari suasana negeriku kini..
Asap membumbung tinggi..
Dentuman mortar yang menulikan..
Debu beterbangan akibat laju gemuruh kendaraan berat meraja..
Tangis bayi..
Jerit bocah..
Sirine ambulance yang sibuk mencari korban luka..
Gemuruh pesawat udara yang menganggu telinga..
Ledakan di sana-sini..
Dan segala bentuk kekacauan yang tidak tersebutkan..
Adalah merupakan latar dari panggung kehidupan mereka..
Saudara-saudaraku yang merana..
Ditindas..
Dirampas haknya..
Dihinakan..
Adalah menjadi sesuatu hal yang biasa mereka hadapi sehari-hari..
Dengan bermodalkan batu sekealan tangan..
Melawan rifle modern 20 mm
Bahkan dengan tangan kosong mereka maju menongsong kematian mulia..
Dan..
Aku disini hanya bisa termangu melihat kondisi diriku yang sangat acuh ini..
Acuh terhadap sesuatu yang seharusnya menjadi bagian dalam hatiku..
Mencoba terus langkahku ku gerakkan untuk membantumu wahai saudaraku..
Tetapi tetap saja godaan syaithan melalaikan aku tuk memikirkanmu wahai saudaraku..
Godaan syaithan telah menyibukkan diriku dengan kehiatan yang tidak berguna..
Hanya bisa meberikan rangkaian-rangkaian kata uyang disajikan dalam bentuk do’a dan harapan..
Untuk engkau wahai pejuang..
Semoga cita-cita seorang muslim ideal dapat kau gapai kelak..
Walaupun nyawa menjadi taruhan..
Tetapi bersiaplah bidadari nan elok akan siap menyambutmu..
Sungguh iri padamu , saudaraku..
Sungguh..